Share |

Di Lantai Ulin

19.51 / Diposting oleh Amien Wangsitalaja /

Amien Wangsitalaja


pada suatu ketika

aku memang menghikmati nafasmu
yang tak memburu
di lantai ulin
kamar tamu saat siang
tempat guring saat malam

kita tak merencanakan cinta
tapi matamu
melebihi buluh perindu
yang kuangankan ada dalam gelas
yang kausajikan untukku

”inilah gadis senja yang merana
terpikul kegundahan yang lama
kata mengalir di dada lembutnya
menebar spora, lembar cinta”*)

o, jangan merana
bukankah rembulan pun memilihmu
—kuingat waktu itu
kita seperjalanan
antara samarinda-bontang
dan rembulan sedang teramat terang
melumat wajahmu sepenuh cemburu
dengan sesekali mengintai di bukit
dan sembunyi di balik dahan—

di lantai ulin
kita tak merencanakan cinta
kerana ia tiba-tiba

sebagaimana pada suatu ketika
kita tiba-tiba bisa bersama
menyaksikan belian
di desa jahab di sudut kotaraja
kutai kertanegara
—ceritamu, kakek dari mama
dahulu
seorang dukun belian juga—

dan kau bercanda
”datangi ia
tidur di depan tariannya
mintalah disembuhkan
dari penyakit cinta”

aku berkerut oleh candamu
tapi tak ragu-ragu
”seperti belian
cinta memiliki kekuatan”

pada suatu ketika

___
*) penggalan bait puisi ”Gadis Senja” Fitriani Um Salva
belian: upacara penyembuhan dalam tradisi orang Dayak
guring: tidur (bahasa Banjar)

Label: ,

1 komentar:

Comment by ahmad wahyudin on 22 Desember 2014 pukul 10.34

Info rumah limasan dijual, rumah joglo dijual, rumah kampung dijual silahkan hubungi nmr 08179442249 / pin bb 7D839780

Posting Komentar